Monday, November 12, 2007

Sekilas Wajah Sebagian Pemain Bisnis Logistik

Kamis, 09 Agustus 2007
Oleh : Eva Martha Rahayu
Karena perkembangan bisnis logistik berbanding lurus dengan industri perdagangan, bisa ditebak, jumlahnya terus membengkak. Kini diperkirakan ada ribuan pemain logistik. Inilah profil beberapa di antaranya.

RPX Group:
Komit terhadap TI

Cikal bakal RPX Group adalah PT Repex Perdana yang lahir pada 1985 sebagai mitra FedEx di Indonesia. Kini RPX Group memiliki 7 anak perusahaan yang bergerak dalam one stop logistics, domestic, freight, air lanes, warehouse, clearance dan international express. “Kami adalah satu-satunya perusahaan logistik lokal yang mencapai tahap supply chain management (SCM) dengan own facilities. Sebab, sistem teknologi informasi (TI) sudah terintegrasi, real time dan lengkap fasilitasnya,” ujar M. Kadrial, Direktur Pengelola RPX mengklaim.

Dalam sehari rata-rata muatan barang yang diangkut RPX mencapai 150 ton. Armada yang digunakan: motor, minibus, truk, trailer hingga pesawat terbang. Kini perusahaan yang dikomandani Harsha E. Joesoef itu memiliki tiga pesawat Boeing 737 serta 300 unit truk dan kendaraan kecil. Tahun ini RPX menargetkan memiliki 450 gerai di 80 kota di seluruh Indonesia.

Sitem TI menjadi perhatian utama RPX untuk meningkatkan layanan kepada pelanggan. Itulah sebabnya, hampir semua anak perusahaan punya sistem TI andalan. Di layanan FedEX, misalnya, diterapkan sistem Cosmos, yang bisa diakses pelanggan untuk men-tracking posisi kiriman international express. Di RPX Domestic dikenal sistem Delta (tracking kiriman domestik), Casy (Customer Automation System), dan GPS (tracking posisi kendaraan). Di RPX Warehouse ada WOWS (Wahana Online Warehouse System) dan Ivory. Kemudian di RPX Clearance ada X-Pose (Express Operational System of Sena Satwika), di RPX Freigh ada DIMS (Dimention Information Management System) dan di RPX Online ada sistem CARE (untuk booking kargo).


PT Wira Logitama Saksama:
Fokus pada Distribusi Logistik dan Konsultasi

Ketika belum banyak perusahaan yang melirik jasa alih daya, manajemen PT Wira Logitama Saksama (WLS) membangun bisnis pusat distribusi di kawasan industri MM2100 Cibitung, Bekasi, pada 1996. Di sini peran WLS tidak hanya memasarkan bisnis penanganan langsung aktivitas logistiknya, tapi juga memberikan jasa konsultasi.

“Selain menangani logistik dari lokal, korporasi, kami juga bekerja sama dengan third party logistics untuk melayani perusahaan multinasional yang memproduksi consumer goods,” ujar Taufik Harsono, Direktur WLS. Ia mencontohkan, ada kerja sama dengan Linfox Logistics untuk menangani penyimpanan produk Fonterra. Lalu, oleh Agility Logistics, WLS juga dipercaya menangani penyimpanan produk perawatan kulit Nu Skin. Bahkan, Leschaco International Freight Forwarder menunjuk WLS menangani penyimpanan dan distribusi produk fragrance untuk makanan. Saat ini, jumlah klien korporat WLS ada 15, antara lain Coca-Cola, Kentucky Fried Chicken, Japfa Comfeed dan Anker Bir. Menurut Taufik, biaya logistik umumnya memakan porsi 30%-35% dari total biaya produksi yang dikeluarkan perusahaan.

Keberhasilan bisnis WLS selama ini, menurut Taufik, karena pihaknya memperhatikan tiga hal penting. Pertama, strategi inventori, yaitu bagaimana mengatur kebutuhan bahan baku untuk produksi, sehingga dapat dilakukan perhitungan forecast yang tepat. Kedua, strategi transportasi: bagaimana menentukan jenis transportasi yang tepat, apakah via laut, darat atau udara dengan memperhitungkan waktu dan biaya. Ketiga, strategi lokasi: bagaimana menentukan lokasi penyimpanan persediaan bahan baku atau barang jadi. Ini dipengaruhi sumber bahan baku didapatkan, proses produksi, serta barang jadi bisa dekat dengan target pasar.


UPS Cardig International:
Bidik Perusahaan

PT UPS Cardig International adalah salah satu mata rantai bisnis logistik yang fokus pada express delivery service. Perusahaan ini joint venture antara UPS dan Cardig Group sejak 1998. Di Indonesia, UPS Cardig merupakan satu-satunya yang berbentuk usaha patungan. Selain UPS Cardig, di Indonesia UPS juga memiliki PT UPS SCS Indonesia yang bergerak di supply chain solutions.

M. Naeem Butt, Manajer Country UPS Cardig International, mengatakan bahwa pihaknya berkomitmen memastikan bahwa barang akan dikirim tepat waktu, aman, dan pelanggan bisa memonitor posisi kirimannya. Di Indonesia, perusahaan ini punya 226 karyawan. Adapun UPS secara global memiliki 427.700 karyawan, yang terkenal dengan nama brown army. Semuanya ditangani sendiri, sehingga tidak menyalahkan siapa-siapa jika terjadi sesuatu.

Target pasar UPS Cardig adalah perusahaan atau business to business. Di Indonesia, UPS Cardig punya 7 daerah operasional: Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Denpasar dan Batam. Kontribusi Jakarta terbesar (lebih dari 50%) untuk pengiriman garmen dan elektronik.


FIN Logistics:
Ikuti Sektor Ekonomi yang Jadi Fokus Pemerintah

PT Fajar Insan Nusantara (FIN) Logistics didirikan pada 3 Agustus 1977. Mula-mula cuma suatu usaha yang memberikan jasa pengurusan dokumen kepabeanan dalam menangani komoditas impor. Lalu, sejalan dengan kebijakan pemerintah meningkatkan ekspor nonmigas pada awal 1980-an, perusahaan yang dikenal dengan brand FIN Air Cargo ini juga menangani komoditas ekspor. Tahun 2000, FIN Cargo memutuskan menjadi total logistics provider company, setelah selama 23 tahun sebelumnya sebagai perusahaan forwarder. Keputusan ini dilakukan untuk mengantisipasi era “one stop shopping” -- konsep bisnis logistik masa kini.

“Untuk menggarap pasar domestik tujuan ekspor, secara konsisten FIN melakukan sales call ke sentra-sentra industri ekspor. Sementara pemasaran cabang-cabang di daerah dengan menggarap pasar potensial khas daerah, seperti Bali untuk garmen dan kerajinan,” kata Soejarwo Soedarmo, Presdir FIN Logistics.

Sekarang, FIN memiliki cabang di kota-kota industri dan pelabuhan terpenting di Indonesia, yaitu di Denpasar, Balikpapan, Surabaya, Semarang, Bandung, Medan plus Batam. Untuk mengarap pasar di luar negeri, FIN berafiliasi dengan Helmann Worldwide (Jerman), NOL (Tokyo), dan sebagainya.

Strategi bisnis ke depan, Fin lebih menguatkan diri sebagai entitas bisnis pengelolaan logistik menghadapi pertumbuhan sektor ekonomi nasional yang menjadi fokus pemerintah. Contohnya, sektor infrastruktur dan migas, yang belum banyak disentuh perusahaan domestik saat ini.


Reportase: Rias Andriati, Andry Mahyudi, Wini Angraeni


URL : http://202.59.162.82/swamajalah/swaupdate/details.php?cid=1&id=6341

1 comment:

Robert Caniago said...

wah, walaupun saya baru membacanya setelah blog ini diterbitkan dari setahun yang lalu,,, jujur,, ini merupakan informasi yang sangat penting dan saya butuhkan..

saya ingin mengetahui lebih banyak lagi tentang perusahaan freight forwarding jika ibu tidak keberatan..

walaupun ini sudah lama sekali, tapi saya berharap bisa berkenalan dengan ibu kedepannya.. thx ^^